28 November 2011

Sudahkah Niat Kita Ikhlas karena Allah?

,
Assalamualaikum,

Ada artikel yang sedikit membahas mengenai ikhlas. Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan kata ikhlas kan? Dari kecil sampai dewasa, pasti kalian diajarkan untuk ikhlas dalam mengerjakan segala hal.
Sebenernya arti ikhlas itu apa sih? Mari kita membuka hati untuk membaca artikel ini.

Tazkiyah An-Nafs (membersihkan jiwa) merupakan salah satu tugas yang dipikul Rasulullah SAW., sebagaimana firman Allah surat Al-Jumu’ah ayat kedua. Karenanya, siapapun yang mengharapkan Allah SWT dan hari akhir, mesti memperhatikan kebersihan jiwanya.

Allah SWT juga telah menjadikan kebahagiaan seorang hamba tergantung kepada tazkiyah an-nafs. Hal ini dicantumkan di dalam Al-Qur’an surat As-Syams dari pertama sampai ayat kesepuluh setelah disebutkannya sebelas sumpah secara beruntun.

Dalam mengkaji dan mengamalkan tazkiyah an-nafs ini tak lepas dari niat dan ikhlas. Keduanya merupakan syarat diterimanya amal seorang hamba.

Niat bukan sekedar ucapan nawaitu (saya berniat). Lebih daripada itu, ia adalah dorongan hati seiring dengan pembukaan dari Allah SWT. Kadang ia mudah dicapai, tetapi kadang juga sulit. Seseorang yang hatinya dipenuhi dengan urusan dunia dan akhirat, akan mendapatkan kemudahan dalam menghadirkan niat untuk berbuat baik. Sebab ketika hati telah condong kepada pangkal kebaikan, ia pun akan terdorong untuk melakukan cabang-cabang perbuatan yang baik.

Sebaliknya, orang yang hatinya dipenuhi dengan kecenderungan kepada gemerlap dunia, akan mendapatkan kesulitan besar untuk mencapainya. Bahkan dalam mengerjakan yang wajib sekalipun. Untuk menghadirkan niat dengan baik, ia harus bersusah payah.

Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab r.a.(hadits nomor 1 pada Arba’in Nawawi) “Innamal a’malu binniyat…(Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya)…” (HR. Bukhori), berarti, baiknya amal yang dikerjakan sesuai sunnah itu tergantung kepada kebaikan niatnya. Tapi, tak jarang seseorang berubah niatnya di pertengahan jalan. Jadi niat itu harus benar di awal, di pertengahan dan di akhir. Ini seperti sabda beliau SAW., “Innamal a’malu bilkhowaatiimi…(Sesungguhnya setiap amal tergantung pada akhirnya)…” (HR. Bukhari)

Ketaatan bisa berubah menjadi kemaksiatan karena niat. Begitupun perkara yang mubah bisa menjadi kemaksiatan dan bisa juga menjadi ketaatan karena niat. Sedangkan kemaksiatan tidak akan berubah menjadi ketaatan karenan niat. Tetapi justru masuknya niat ke dalam kemaksiatan akan menambah berat dan dosa dari kemaksiatan itu.

Pada dasarnya, keabsahan suatu ketaatan itu terkait kepada niat. Begitu pula dengan pelipat gandaan pahalanya. Sehubungan dengan keabsahan, seseorang harus meniatkan ketaatannya sebagai ibadah kepala Allah SWT saja. Jika ia meniatkan riya’, maka hal itu akan berubah menjadi kemaksiatan.

Begitu utamanya niat, sehingga Rasul SAW dan para sahabatnya memberikan contoh yang baik untuk generasi setelah mereka. Seperti yang dikatakan Ummar bin Khathab r.a., “Amal yang paling utama adalah melaksanakan kewajiban dari Allah SWT., bersikap wara’ terhadap yang diharamkanNya, dan meluruskan niat untuk mendapatkan pahala dari sisiNya.”

Sebagian Salaf berkata, “Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niat. Betapa banyak pula amalan besar menjadi kecil karena niat.”

Yahya bin Abu Katsir berkata, “Pelajarilah niat! Sesungguhnya niat itu lebih dapat menyampaikan kepada tujuan daripada amal.”

Sementara ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub kepada Allah SWT dari hal-hal yang mengotorinya. Arti lainnya; menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan.

Ikhlas adalah syarat diterimanya amal shalih yang dilaksanankan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Allah telah menyuruh kita untuk berbuat ikhlas dalam surat Al-Bayyinah ayat 5.

Seorang hamba hanya akan selamat dari godaan syeitan dengan keikhlasan, sebagaimana firman Allah SWT yang mengungkapkan pernyataan iblis, “Kecuali hamba-hambaMu yang selalu ikhlas.” (QS. Shad [38] : 83). Diriwayatkan, sesorang yang shalih berkata kepada dirinya sendiri. “Wahai diri, ikhlaslah, maka kamu akan selamat!”

Ikhlas adalah membersihkan hati dari segala kotoran–sedikit maupun banyak- sehingga tujuan dari taqarrub benar-benar murni karena Allah SWT., bukan yang lain. Hal ini hanya bisa diwujudkan oleh seseorang yang mencintai Allah SWT. dan menggantungkan seluruh harapannya di Akhirat.

Resep untuk ikhlas adalah memupus kesenangan-kesenangan hawa nafsu, ketamakan terhadap dunia dan mengusahakan agar hati selalu terfokus pada akhirat. Hal ini akan sangat memudahkan seseorang menggapai keikhlasan.

Dari uraian diatas, sudahkah kita ikhlas karena Allah dalam segala hal? Termasuk ibadah dan juga menuntu ilmu juga lho!
Semoga uraian ini dapat dijadikan sebagai bahan renungan kita untuk menjadi pribadi yang mempunyai niat ikhlas karena Allah. Aamiin.

sumber: http://www.eramuslim.com/berita/foto/sudahkah-niat-kita-ikhlas-karena-allah.htm

0 komentar to “Sudahkah Niat Kita Ikhlas karena Allah?”

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About

powered by
Socialbar
 

Putri's Blog Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates